idneeded.com – Setelah sukses dengan film pertama agak laen mencapai jumlah penonton 9.126.607 di tahun lalu, bahkan sampai pernah menduduki jumlah penonton terbanyak se indonesia. Sekarang Agak Laen kembali dengan cerita yang agak laen.
Di hari kedua, total penonton mencapai 605.280 orang. Dan di hari ketiga, penonton film ini melampaui 1,2 juta penonton. Dan angkat tersebut kian melambung sampai pada 2 juta penonton di hari Senin (1/12) siang.
Film keduanya yaitu Agak Laen: Menyala pantiku dijadwalkan pertama kali tayang pada Kamis (27/11). Di hari pertama penayangannya film ini meraih 272.846 penonton. Mengejutkannya sekarang, Agak Laen menyentuh 6.000.000 penonton pada hari ke-14 penayangannya di seluruh bioskop Indonesia.
Masih disutradarai oleh Muhadkly Acho dan diproduseri oleh Ernest Prakasa bersama Dipa Andika. Film berdurasi 110 menit tersebut mengisahkan empat karakter utama yang harus menyamar di panti jompo dalam rangka menyelidiki sebuah kasus pembunuhan.
Jajaran bintang utama Agak Laen: Menyala Pantiku juga kembali menghadirkan komika Agak Laen, yaitu Boris Bokir, Bene Dion, Oki Rengga, dan Indra Jegel. Selain mereka, Agak Laen: Menyala Pantiku juga dibintangi Ariyo Wahab, Priska Baru Segu, Boah Sartika, Chew Kin Wah, Jajang C. Noer, Jarwo Kwat, dan Egi Fedly.
Sinopsis Agak Laen: Menyala Pantiku
Boris, Bene, Jegel, dan Oki adalah empat detektif kepolisian yang reputasinya jauh dari kata cemerlang, karena hampir setiap penyelidikan yang mereka tangani berakhir dengan kekacauan.
Untuk menghindari pemecatan, keempatnya harus menerima misi memburu pembunuh anak wali kota yang diduga bersembunyi di sebuah panti jompo dengan cara menyamar.
Dipaksa bergerak dengan strategi yang berbeda, Bene dan Jegel menyamar sebagai perawat. Sementara itu, Boris dan Oki mengambil penyamaran yang lebih tak terduga.
Namun di balik misi rahasia ini, mereka juga harus menghadapi beban hidup pribadi masing-masing.
Boris berjuang menghadapi perpisahan pahit, Oki mati-matian mencari penghasilan demi anak pertamanya, Bene tercekik biaya kuliah adiknya, dan Jegel menanggung hidup ibunya di kampung.
Penyamaran di panti jompo tersebut menghadapi berbagai rintangan tak terduga, yang justru memicu kekacauan yang kocak, menegangkan, sekaligus emosional.